Jakarta, Meminum wine dalam dosis yang berlebihan tentu
tak baik bagi kesehatan. Seperti Jessica Deelay yang nyaris meninggal
karena dalam kurun 3 tahun minum anggur dan cider (sari buah fermentasi)
berlebihan.
Seperti dikutip dari The Sun, Jumat (7/6/2013),
selama 3 tahun Jessica telah menenggak hingga 5 liter cider ditambah 3
botol wine setiap hari. Meskipun dalam 4 tahun terakhir ia tidak
mengonsumsinya, tetapi riwayat mengerikan mengenai apa yang ia minum
tetap ada.
Karena tindakannya ini ia menderita pankreatitis dan
harus mengunjungi rumah sakit setiap hari untuk mengobati pankreasnya
yang rusak dan memerah. Dia juga memiliki abses pada hati dan
pankreasnya. Jessica harus hidup dengan stent pada pankreasnya dan
kantong plastik di punggungnya untuk mengumpulkan cairan dari pankreas.
"Ini bukanlah cara yang seharusnya dilakukan oleh orang berusia 25 tahun," ujar Jessica.
"Karena
ada tas plastik yang selalu menempel di punggung saya, saya tidak bisa
memakai atasan ketat yang saya suka. Kadang-kadang saya harus
menggantinya karena itu sangat bau," imbuh Jessica.
Dia
menambahkan dokter sempat berpikir bahwa operasi dapat membantu. Tetapi
bisa jadi operasi justru akan membahayakan dan meninggalkan luka yang
besar di tubuhnya.
"Saya pikir saya terlalu muda untuk menerima risiko dari alkohol, ternyata saya salah," ungkapnya.
Jessica
masih berusia 15 tahun saat ia suka menenggak alkohol. Dalam waktu dua
tahun selera minumnya menjadi seperti tak terkendali.
"Pacar
saya berselingkuh dan saya minum dari pagi sampai malam. Saya minum 7
botol cider dan beberapa botol anggur," kisah Jessica.
Yang lebih
mengerikan, Jessica mengaku tidak dapat berpikir tanpa meminum alkohol.
Bahkan ia tidak dapat membaca koran dan merasa tak dapat bertahan tanpa
alkohol. Karena itu dalam waktu 6 bulan, Jessica merasa membutuhkan
alkohol agar tubuhnya berfungsi normal. Karena meminum alkohol
berlebihan, serinjg kali Jessica gemetar ketika mabuk dan kondisi itu
membuat keluarganya sangat takut.
"Orang tua saya benar-benar
ketakutan ketika saya duduk untuk minum teh bersama mereka, karena
makanan saya bisa terbang dari garpunya sebab saya bergetar begitu
hebat," katanya.
Menurut Jessica, bahkan keluarganya sering
mengusirnya keluar rumah. Saat itu terjadi, dia akan menghabiskan
beberapa pekan di rumah temannya. "Tetapi mereka selalu membawa saya
pulang karena khawatir," ucap dia.
Jessica yang tidak bekerja itu
sering mengunjungi kakeknya demi mendapat uang. Kemudian uang yang
didapatnya itu digunakan untuk membeli minuman keras. Namun Jessica
selalu berupaya menyembunyikan kondisi mabuknya.
"Saya beradu argumentasi ketika mabuk, dan orang tua saya tidak ingin saya seperti itu," ucap Jessica.
"Saya akan bangun, berkeringat, dan gemetar. Itu mengerikan," tambahnya.
Jessica
menuturkan dirinya akan pergi minum alcopops, cider dan wine di rumah
temannya atau di jalan jika tak punya tempat lain untuk menikmati
minuman itu. Bahkan karena mabuk, Jessica pernah menjadi menyerang
seorang polisi yang membuatnya kemudian ditangkap.
Ketika tubuh
Jessica mulai menolak alkohol sama sekali, ia sering muntah dan telah
mengalami kram perut serta terengah-engah. Selain itu, rambutnya menipis
dan ia mengalami kebotakan.
Suatu hari di bulan OKtober 2008, ia
tak mampu berdiri dan harus merangkak sepanjang lantai. "Semua organ
tubuh saya mati dan saya merasa seperti sedang sekarat. Saya hampir
tidak bisa bergerak tapi saya berhasil memanggil ambulans dan dibawa ke
Rumah Sakit Furness," kenangnya.
Di ambang kematiannya, Jessica
mengalami koma 3 pekan. Dia pun mendapat pengobatan dan monitoring
selama 24 jam dalam seminggu oleh dokter. Ketika Jessica terbangun,
dokter menguras pankreas yang berisi cairan beracun dengan alat
pengering yang dibuat dan dipasang di punggungnya. Akhirnya ia dizinkan
keluar RS pada Februari 2009.
Meskipun tak lagi minum alkohol
setetes pun namun tubuh Jessica masih saja lemah. Pada Agustus 2009, dia
kembali dilarikan ke RS dan mengalami koma keduanya selama empat pekan.
Dokter pun kembali menguras tubuhnya.
Alhasil, perayaan ulang
tahun ke-21, Natal, dan Tahun Baru dilakukan Jessica di rumah sakit.
Sebab kondisinya terlalu parah untuk meninggalkan RS. Tubuhnya yang
rusak terhubung dengan banyak kabel dan dia diberi aneka obat-obatan
untuk mengatasi rasa sakit.
"Pada satu titik, itu sangat menakutkan, saya berpikir saya sudah benar-benar rusak dan tidak bisa disembuhkan," kata Jessica.
Namun
akhirnya, pada Januari 2010 ia dinyatakan sembuh dan bisa meninggalkan
RS. Tiga tahun lalu ia bertemu pria yang kemudian jadi suaminya, Luke
Duncalfe. Saat ini mereka telah memiliki dua putra yakni Joby (16 bulan)
dan Cody (6 bulan). Namun karena tubuh Jessica yang 'rusak', kedua
anaknya lahir prematur. Kedua bocah itu mengalami kondisi yang disebut
epidermolisis bulosa, yakni kondisi di mana mereka kehilangan lapisan
kulit.
"Joby lahir 10 minggu lebih awal dan dokter melihat ada
masalah ketika ia berhenti makan setelah beberapa hari dan ia menjadi
kembung," kata Jessica.
Petugas medis mendiagnosis anak Jessica
epidermolisis bulosa dengan atresia pyloric yang berarti anaknya
memiliki masalah dengan saluran pencernaan dan hilangnya lapisan kulit.
"Aku merasa sangat bersalah karena mereka begitu kecil dan rentan," ujar
Jessica.
Meskipun Jessica tak lagi minum minuman keras saat ia
hamil, namun menurut dokter dampak minuman keras berlebihan di masa lalu
bisa dirasakan anaknya, apalagi tubuh Jessica telah rusak. Anak Jessica
menjalani operasi untuk memperbaiki kondisi perutnya tetapi ia akan
tetap hidup dengan kulit sensitif dan lecet selama sisa hidupnya.
Anak
kedunya, Cody, lahir dengan kondisi yang sama. Selain itu, bayi Joby
dan Cody hanya bisa dimandikan dengan Dermatol karena kulit mereka
sangat rapuh terhadap produk perawatan bayi yang dijual di pasaran.
Walau demikian Jessica sangat bahagia bisa menjadi seorang ibu.
"Saya
selalu beranggapan bahwa setelah semua yang saya lakukan untuk tubuh
saya, saya tidak akan bisa punya anak. Tentu saja saya merasa sedih
dengan kondisi mereka, tetapi saya harus hidup dengan rasa bersalah
itu," kata Jessica.
Jessica sendiri bertekad akan memberitahukan
pada anaknya betapa mengerikan dampak alkohol ketika mereka sudah cukup
besar dan mampu menerima informasi sehingga mereka mengerti. Ia sungguh
menyesal dengan perbuatan yang mengakibatkan hidupnya berantakan namun
waktu memang tak dapat diulang sehingga ia harus tetap menatap ke depan.
"Sekarang, saya hanya melihat ke depan demi masa depan keluarga saya," kata Jessica.
Dengan
banyaknya jumlah peminum dan juga peminum di bawah umur di Inggris
Jessica memutuskan untuk angkat suara. Dia ingin ikut memperingatkan
bahaya mabuk-mabukan bagi kesehatan seseorang.
Jumat, 07 Juni 2013
Kisah Jessica yang Nyaris Meninggal Gara-gara Minum Alkohol Tiap Hari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar